Hai guys, saat ini aku mau bahas soal asal-usul Desa Lansot. Desa Lansot ini berada di Kecamatan Tareran, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Langsung aja ya....
Asal-usul Desa Lansot berawal dari
perjalanan sekelompok penduduk yang berasal dari perkampungan Kiawa
(Tongkibut), untuk mencari pemukiman baru yang dipimpin oleh Dotu Seke’,
Pisek dan Ma’abe pada sekitar tahun 1555 hingga 1560.
Dalam
perjalanan mencari pemukiman baru mereka menemukan sebuah aliran sungai
besar (nimanga), mereka percaya bahwa dengan menyusuri ke arah hulu
sungai, mereka akan menemukan asal / sumber air yang mengalir yang
berarti bahwa tanah itu subur.
Pada
suatu waktu mereka menemukan sebuah aliran sungai kecil (Tu’unan) yang
bermuara di sungai tersebut, mereka memutuskan untuk berjalan menyusuri
sungai kecil itu dengan harapan bahwa daerah yang mereka idam-idamkan
semakin dekat. Suatu hari mereka tiba di suatu tempat (bagian timur laut
jembatan Tu’unan sekarang) yang merupakan daerah daerah yang cukup baik
untuk dijadikan pemukiman sementara, di daerah itu juga terdapat sungai
kecil lainnya (memea’) yang airnya sangat jernih untuk dijadikan air
minum yang mengalir ke sungai yang mereka telusuri itu. Mereka
memutuskan untuk tinggal tak jauh dari kedua sungai tersebut hingga
mereka menemukan daerah yang lebih cocok untuk pemukiman mereka.
Tak
berapa lama mereka bermukim di tempat itu, penduduk ditimpa bencana
sakit penyakit yang berupa gatal-gatal di sekujur tubuh sehingga
mengkibatkan penderitaan. Untuk mencari penyebab dan jalan keluar dari
musibah tersebut, para dotu melakukan upacara/ritual yang dipimpin
oleh seorang Walian untuk meminta petunjuk kepada Opo Walian Wangko.
Setelah upacara/ritual dilakukan, para dotu berpendapat bahwa ‘air’
merupakan pencuci segala yang kotor termasuk sakit penyakit. Oleh sebab
itu penduduk diharuskan untuk mencari tempat pemukiman baru dengan
menyeberangi sungai Tu’unan dan mandi di sungai tersebut agar mereka
terhindar dari musibah.
Akhirnya
diputuskan untuk mencari pemukiman baru, sebagian penduduk memisahkan
diri dan pergi kearah selatan daratan tareran, sedangkan yang lainnya
dibawah pimpinan Dotu Seke’, Pisek dan Ma’abe memutuskan untuk
menyeberangi sungai dan tiba di suatu aliran sungai kecil yang berair
sejuk dan jernih. Mereka memutuskan untuk mandi di sungai kecil itu dan
membersihkan segala kotoran sakit penyakit sesuai petunjuk dari para
dotu. Daerah tempat air mengalir tersebut kemudian dinamakan
“Kelembung”, nama yang diambil dari sejenis pohon yang getahnya sangat
gatal dan menimbulkan luka apabila terkena kulit (penduduk lansot
menyebutnya pohon kelemur), pemberian nama ini sebgai peringatan bahwa
aliran sungai di daerah ini dugunakan untuk membersihkan penyakit yang
menyerang tubuh mereka.
Dalam perjalanan melintasi dan
menyusuri hutan, tak lama kemudian mereka tiba di suatu tempat dimana
terdengar banyak kicauan burung juga terdapat sumber mata air yang dapat
diminum, sumber air tersebut kemudian dinamakan Rano Lansot yang
berarti Air Lansat, melihat keadaan lokasi yang baik untuk pemukiman
dengan daerah yang subur dan ramai oleh kicauan burung, maka para dotu
menetapkan daerah tersebut akan dijadikan tempat pemukiman yang baru.
Sebelum
membuka perkampungan baru, sesuai kepercayaan penduduk maka dilakukan
ritual keagamaan untuk meminta izin kepada opo-opo yang mendiami daerah
tersebut dan meminta restu dari Opo Kasuruan Wangko yang dipercaya
sebagai Pencipta Langit dan Bumi, agar diperkenankan bagi penduduk untuk
membuka pemukiman. Setelah upacara dilakukan, mereka kemudian
menancapkan batu (Tumutoa) ditengah-tengah lokasi sebagai tanda bahwa
lokasi tersebut telah direstui untuk mendirikan kampung baru. Untuk
menentukan nama yang akan diberikan maka mereka mengadakan musyawarah,
namun sepanjang musyawarah berlangsung, para Tonaas/Dotu belum juga
mencapai kata sepakat mengenai nama kampung yang akan mereka dirikan.
Pada saat musyawarah sedang berlangsung tiba-tiba jatuh buah Lansat
tepat ditengah-tengah mereka, saat itu para dotu teringat bahwa mereka
memilih tempat ini sebagai pemukiman baru karena mereka melihat banyak
sekali burung yang berkicau dengan merdu dan enak didengar yang menjadi
petunjuk untuk mendirikan pemukiman. Ternyata burung-burung tersebut
sedang bergembira sambil memakan buah Lansat/Lansot yang lagi musim
berbuah.
Dari peristiwa tersebut akhirnya disepakati bahwa kampung yang akan didirikan dinamakan “Lansot”
yang diambil dari nama buah yang jatuh dan tumbuh disekitar tempat
tersebut. Itulah asal usul nama Lansot sebagai nama desa hingga sekarang
ini. Begitupun dengan sumber air yang mereka temukan pertama itu
dinamakan “Rano Lansot” karena berada di daerah yang ditumbuhi oleh
pohon Lansat.
Lebih dari seabad penduduk menetap didaerah ini yang diperkirakan awal
berdirinya Desa Lansot sekitar tahun 1560 Masehi dan ditempati oleh
penduduk mula-mula hingga tahun 1650 Masehi. Tetapi pada akhir abad 17,
penduduk Desa Lansot yaitu anak – cucu penduduk Desa Lansot mula-mula
mulai berpindah keatas bukit sebelah utara dari perkampungan lama yaitu
disebelah timur pohon Lowian..
Referensi: Buku "Desa Lansot - Asal-Usul dan Perkembangannya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar